Semua berawal dari sebuah komunikasi sederhana di media sosial. Dari percakapan singkat yang berubah menjadi obrolan panjang, dari sapaan canggung yang perlahan menjadi akrab. Hingga akhirnya, kami sepakat untuk bertemu di Jakarta—kota yang kelak menjadi saksi perjalanan cinta kami.
Pertemuan paling berkesan terjadi pada hari ulang tahunku. Tanpa aku duga, dia datang membawa kejutan yang manis. Senyumnya, perhatiannya, dan usahanya membuat hari itu terasa begitu spesial. Sejak saat itu, hubungan kami semakin dekat, semakin hangat, semakin terasa benar.
Sampai akhirnya, pada 05 September 2017, dia menjemputku sepulang kerja di Sarinah. Kami berjalan bersama sambil bercanda dan bercerita tanpa henti, hingga tanpa sadar tiba di Monas. Di bawah langit Jakarta dan hembusan angin malam yang sejuk, percakapan kami tiba-tiba terhenti. Ia menatapku, dan dengan hati yang mantap, mengungkapkan tujuan sebenarnya: ia ingin hubungan ini melangkah ke arah yang lebih serius.
Malam itu, kami resmi berpacaran. Kami berdua berkomitmen untuk saling menjaga, saling mendukung, dan yang terpenting, selalu melibatkan Tuhan dalam setiap langkah hubungan ini.
Puji Tuhan, hingga hari ini 8 tahun kemudian kami masih berjalan berdampingan. Ada begitu banyak cerita, tawa, air mata, dan perjuangan yang kami lewati bersama. Tapi cinta, komitmen, dan penyertaan Tuhan selalu menjadi kekuatan kami.
Kini, perjalanan yang dimulai dari sebuah pertemuan sederhana telah membawa kami ke tahap yang paling indah: pernikahan. Kami mengikat janji di hadapan Tuhan, berkomitmen untuk saling mengasihi seumur hidup, dan berjalan bersama hingga rambut memutih.
Kami bersyukur. Kami berbahagia.
Inilah kisah kami—singkat, tetapi penuh makna.
Thank you & We love you all.
God Bless You.